PENGERTIAN TAREKAT
Kata Tarekat di ambil dari bahasa arab, yaitu dari
kata “thoriqoh” yang secara bahasa berarti jalan, metode atau tata cara. Adapun
tarekat dalam istilah atau pengertian ulama sufi, salah satunya definisi
tarekat menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi al-Irbili al-Syafi al-Naqsyabandi,
dalam kitab Tanwir al- Qulub-nya beliau berkata: ”Tarekat adalah beramal dengan
syariat dengan mengambil/memilih yang azimah (berat) dari pada yang rukhshoh
(ringan), menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang mudah pada amal ibadah
yang tidak sebaiknya dipermudah, menjauhkan diri dari semua larangan syariat
lahir dan batin, melaksanakan semua perintah Allah SWT semampunya, meninggalkan
semua larangan-Nya baik yang haram, makruh atau mubah yang sia-sia,
melaksanakan semua ibadah fardlu dan sunah, yang semuamnya ini di bawah arahan,
naungan dan bimbingan seorang guru/ syekh/ mursyid yang arif yang telah
mencapai maqamnya (layak menjadi seorang Syekh/Mursyid).”
Tarekat berasal dari bahasa Arab : tarekaq, jamaknya tara’iq. Secara
etimologi berarti jalan, cara (al-kaifiyyah), metode, sistem (al-uslub), mazhab,
aliran, haluan (al-mazhab), Menurut istilah tarekat berarti perjalanan
seorang saleh (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri atau
perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk dapat mendekatkan diri
sedekat mungkin kepada Tuhan
Dalam tasawwuf seringkali dikenal istilah Thariqah,
yang berarti jalan, yakni jalan untuk mencapai Ridla Allah. Dengan pengertian
ini bisa digambarkan, adanya kemungkinan banyak jalan, sehingga sebagian sufi
menyatakan, At thuruk bi adadi anfasil mahluk, yang artinya
jalan menuju Allah itu sebanyak nafasnya mahluk, aneka ragam dan macamnya.
Orang yang hendak menempuh jalan itu haruslah berhati hati, karena : Ada yang
sah dan ada yang tidak sah, ada yang diterima dan ada yang tidak diterima.
(Mu’tabarah. Wa ghairu Mu’tabarah)
Dari
definisi di atas dapat kita pahami bahwa tarekat adalah beramal dengan syariat
Islam secara azimah dengan mengerjakan semua perintah baik yang wajib atau
sunah; meninggalkan larangan baik yang haram atau makruh bahkan menjauhi
hal-hal yang mubah, yang sia-sia (tidak bernilai manfaat, minimal manfaat
duniawiah) yang semuanya ini dengan bimbingan dari seorang mursyid/guru guna
menunjukan jalan yang aman dan selamat untuk menuju kepada Allah SWT dan
Rasulullah SAW.
Maka posisi
guru di sini adalah seperti seorang guide atau penunjuk yang hafal jalan dan
pernah melalui jalan itu sehingga jika kita dibimbingnya akan dipastikan kita
tidak akan tersesat jalan dan sebaliknya jika kita berjalan sendiri dalam
sebuah tujuan yang belum diketahui, maka kemungkinan besar kita akan tersesat
apalagi jika kita tidak membawa peta petunjuk. Namun mursyid dalam tarekat
tidak hanya membimbing secara lahiriah saja, tapi juga secara batiniah bahkan
juga berfungsi sebagai mediasi antara seorang murid/ salik dengan Rasulullah
SAW dan Allah SWT.
Dengan
bahasa yang lebih mudah, tarekat adalah sebuah kendaraan baik berupa bis, kapal
laut atau pesawat terbang atau sebuah kereta yang disopiri oleh seseorang yang
telah punya izin mengemudi dan berpengalaman untuk membawa kendaraannya dengan
beberapa penumpang di dalamnya untuk mencapai tujuan,
TAREKAT MU’TABARAH DAN GHAIR MU’TABARAH
TAREKAT MU’TABARAH DAN GHAIR MU’TABARAH
Thariqat Mu'tabarah
Di seluruh dunia terdapat banyak thariqat-thariqat yang mu'tabarah tetapi dari sisi keutamaan ibadah thariqat mu'tabarah terdapat perbedaan yaitu:
Di seluruh dunia terdapat banyak thariqat-thariqat yang mu'tabarah tetapi dari sisi keutamaan ibadah thariqat mu'tabarah terdapat perbedaan yaitu:
1.
Thariqat mu'tabarah dengan ibadah derajat (lebih utama)
2.
Thariqat mu'tabarah dengan ibadah hasanah
Pada dasarnya perbedaan dari dua thariqat mu'tabarah ini terdapat pada
silsilah syaikh mursyidnya. yaitu thariqat mu'tabarah dengan ibadah derajat di
pimpim atau di bimbing oleh Syaikh Mursyid yang mempunyai ijazah talqin zikir
serta murid dan ijazah tarbiyah yang menyambung hingga Rasulullah S.A.W. Selain
itu juga Syaikh Mursyid tersebut adalah orang yang dipilih atau pilihan
(mustafa) oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW sebagai Imam atau Khalifah
Rasulullah SAW dimana figur Syaikh ini diberikan wewenang oleh Allah SWT
sebagai penjabar atau mejelaskan Al-Quran dan As-Sunnah kepada seluruh umat
manusia.
Syaikh Mursyid seperti ini di kenal dengan banyak nama yaitu Al-Imam,
Khalifah Rasul, Rasul Rasulullah, Sulthan Auliya, Ghauts Al-'Azham, atau
Asy-Syaikh Al-Akbar. Penunjukan beliau pun harus jelas dan dapat di saksikan
oleh murid-murid thaqirat secara mukasyafah. Keutamaan murid yang bertemu
dengan Syaikh Mursyid seperti ini adalah seperti keutamaan sahabat dengan
Rasulullah S.A.W dan ibadah yang dilakukan adalah mencapat derajat kewalian.
Toriqot Ghair Mu’tabarah
Thariqat ghairu
mu'tabarah adalah tharekat yang dipimpin oleh seorang syaikh yang memiliki
ijazah untuk taqin zikir dan murid dan silsilah sampai dengan Rasulullah S.A.W
hanya saja beliau ini tidak sebagai orang pilihan Allah dan Rasulullah S.A.W
sehingga Syaikh Mursyid seperti ini seharusnya tetap mencari Syaikh Mursyid
yang mejadi orang pilihan Allah dan Rasulullah S.A.W dengan derajat Imam atau
Khalifah Rasul
CIRI-CIRI TAREKAT MU’TABARAH DAN GHAIR MU’TABARAH
CIRI-CIRI TAREKAT MU’TABARAH DAN GHAIR MU’TABARAH
Dalam tasawwuf seringkali dikenal istilah Thoriqoh, yang berarti
jalan, yakni jalan untuk mencapai Ridlo Allah. Dengan pengertian ini bisa
digambarkan, adanya kemungkinan banyak jalan, sehingga sebagian sufi
menyatakan, Aturuk biadadi anfasil mahluk, yang artinya jalan menuju Allah itu
sebanyak nafasnya mahluk, aneka ragam dan bermacam macam. Kendati demikian
orang yang hendak menempuh jalan itu haruslah berhati hati, karena dinyatakan
pula, Faminha Mardudah waminha maqbulah, yang artinya dari sekian banyak jalan
itu, ada yang sah dan ada yang tidak sah, ada yang diterima dan ada yang tidak
diterima. Yang dalam istilah ahli Thoriqoh lazim dikenal dengan ungkapan,
Mu'tabaroh. Wa ghoiru Mu'tabaroh.
KH. Dzikron Abdullah menjelaskan, awalnya Thoriqoh itu dari Nabi
yang menerima wahyu dari Allah, melalui malaikat Jibril. Jadi, semua Thoriqoh
yang Mu'tabaroh itu, sanad(silsilah)-nya muttashil (bersambung) sampai kepada
Nabi. Ciri-ciri sebuah toriqoh itu adalah Kalau suatu Thoriqoh sanadnya tidak
muttashil sampai kepada Nabi bisa disebut Thoriqoh tidak (ghoiru) Mu'tabaroh.
Barometer lain untuk menentukan ke-mu'tabaroh-an suatu Thoriqoh adalah
pelaksanaan syari'at. Dalam semua Thoriqoh Mu'tabaroh syariat dilaksanakan
secara benar dan ketat.
Jadi ciri-ciri sebuah toriqot bisa disebut mu’tabarah atau tidak
itu terletak pada bersambung atau tidaknya sanad seorang guru mursyid tersebut
kepada rasullulah SAW.
SEJARAH THAREKAT
SEJARAH THAREKAT
Banyak orang
yang salah faham tentang tarekat, sehingga mereka tidak mau mengikutinya.
Namun, mereka yang sudah mengikuti tarekatpun umumnya belum memahami bagaimana
sebenarnya pengertian tarekat, awal mula dan sejarahnya, macam-macamnya serta
manfaat mengikuti tarekat.
Asal-usul
Tarekat Sufi
Asal-usul tarekat (al-tariqah) Sufi dapat dirunut pada abad ke-3 dan 4 H (abad ke-9 dan 10 M). Pada waktu itu tasawuf telah berkembang pesat di negeri-negeri seperti Arab, Persia, Afghanistan dan Asia Tengah. Beberapa Sufi terkemuka memiliki banyak sekali murid dan pengikut.
Pada masa itu ilmu Tasawuf sering pula disamakan dengan ilmu Tarekat dan teori tentang maqam (peringkat kerohanian) dan hal (jamaknya ahwal, keadaan rohani). Di antara maqam penting yang ingin dicapai oleh seorang penempuh jalan tasawuf ialah mahabba atau `isyq, fana`, baqa`, ma`rifa, dan ittihad (persatuan mistikal), serta kasyf (tersingkapnya penglihatan hati).
Kehidupan para sufis abad 3-4 H merupakan kritik terhadap kemewahan hidup para penguasa dan kecenderungan orientasi hidup masyarakat muslim pada materialisme. Keadaan ini memberikan sumbangsih pada terjadinya degradasi moral masyarakat. Keadaan politik yang penuh ketegangan juga memberikan peran bagi pertumbuhan sufisme abad tersebut.
Maraknya praktek sufisme dan tarekat di abad ke 12-13 M juga tidak lepas dari dinamika sosio-politik dunia Islam.
Asal-usul tarekat (al-tariqah) Sufi dapat dirunut pada abad ke-3 dan 4 H (abad ke-9 dan 10 M). Pada waktu itu tasawuf telah berkembang pesat di negeri-negeri seperti Arab, Persia, Afghanistan dan Asia Tengah. Beberapa Sufi terkemuka memiliki banyak sekali murid dan pengikut.
Pada masa itu ilmu Tasawuf sering pula disamakan dengan ilmu Tarekat dan teori tentang maqam (peringkat kerohanian) dan hal (jamaknya ahwal, keadaan rohani). Di antara maqam penting yang ingin dicapai oleh seorang penempuh jalan tasawuf ialah mahabba atau `isyq, fana`, baqa`, ma`rifa, dan ittihad (persatuan mistikal), serta kasyf (tersingkapnya penglihatan hati).
Kehidupan para sufis abad 3-4 H merupakan kritik terhadap kemewahan hidup para penguasa dan kecenderungan orientasi hidup masyarakat muslim pada materialisme. Keadaan ini memberikan sumbangsih pada terjadinya degradasi moral masyarakat. Keadaan politik yang penuh ketegangan juga memberikan peran bagi pertumbuhan sufisme abad tersebut.
Maraknya praktek sufisme dan tarekat di abad ke 12-13 M juga tidak lepas dari dinamika sosio-politik dunia Islam.
Sebenarnya membicarakan tarekat, tentu tidak bisa terlepas dengan tasawuf
karena pada dasarnya Tarekat itu sendiri bagian dari tasawuf. Di dunia Islam
tasawuf telah menjadi kegiatan kajian keislaman dan telah menjadi sebuah
disiplin ilmu tersendiri. Landasan tasawuf yang terdiri dari ajaran nilai,
moral dan etika, kebajikan, kearifan, keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu
kehkusyuan telah terpancang kokoh. Sebelum ilmu tasawuf ini membuka pengaruh
mistis keyakinan dan kepercayaan sekaligus lepas dari saling keterpengaruhan
dengan berbagai kepercayaan atau mistis lainya. Sehingga kajian tasawuf dan
tarekat tidak bisa dipisahkan dengan kajian terhadap pelaksananya di lapangan.
Dalam hal ini praktek ubudiyah dan muamalah dalam tarekat walaupun
sebenarnya kegiatan tarekat sebagai sebuah institusi lahir belasan abad sesudah
adanya contoh kongkrit pendekatan kepada Allah yang telah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW. kemudian diteruskan oleh Sahabat-sahabatnya, tabiin, lalu tabi’it
taabiin dan seterusnya sampai kepada Auliyaullah, dan sampai sekarang ini.
Garis yang menyambung sejak nabi hingga sampai Syaikh tarekat yang hidup saat
ini yang lazimnya dikenal dengan Silsilah tarekat.
Tumbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama
islam, yaitu ketika nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul. Fakta sejarah
menunjukkan bahwa pribadi nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi Rasul
telah berulang kalibertakhannus atau berkhalwat di
gua Hira. Disamping itu untuk mengasingkan diri dari masyarakat Mekkah yang
sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan. Takhannus dan khlalwat Nabi adalah
untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh problematika
dunia yang kompleks. Proses khalwat yang dilakukan nabi tersebut dikenal dengan
tarekat. Kemudian diajarkan kepada sayyidina Ali RA. dan dari situlah kemudian
Ali mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai akhirnya sampai
kepada Syaikh Abd Qadir Djailani, yang dikelal sebagai pendiri Tarekat
Qadiriyah.
Salam Semangat (Rizqy)
0 komentar:
Posting Komentar